Revitalisasi Pasar Baru Bandung Picu Pro-Kontra Pedagang, Keluhkan Beban Biaya Renovasi
Pedagang Pasar Baru Bandung menanti solusi dari pemerintah terkait rencana revitalisasi. (Sumber: Instagram/infobandung_)

Revitalisasi Pasar Baru Bandung Picu Pro-Kontra Pedagang, Keluhkan Beban Biaya Renovasi

Diposting pada
iklan fif batujajar

KoranBandung.co.id – Proyek revitalisasi Pasar Baru Kota Bandung tengah menuai pro dan kontra di kalangan pedagang.

Rencana pembaruan dengan anggaran fantastis sebesar Rp 842 miliar memicu keresahan para pedagang.

Pasar yang telah menjadi ikon Kota Bandung ini kini menghadapi tantangan berat pasca-pandemi Covid-19.

Pandemi Covid-19 telah memukul keras perekonomian di Pasar Baru Kota Bandung.

Banyak kios terpaksa tutup karena minimnya pembeli yang datang selama pandemi berlangsung.

Situasi semakin diperparah oleh penutupan Bandara Husein Sastranegara yang mengurangi jumlah wisatawan.

Kini, rencana revitalisasi pasar justru menambah kekhawatiran pedagang.

Para pedagang merasa terbebani dengan biaya renovasi yang dianggap terlalu tinggi.

Mereka khawatir renovasi ini akan memaksa mereka membayar ulang untuk kios yang mereka miliki.

Seorang pedagang bernama Yenda, yang sebelumnya memiliki 11 kios, kini hanya mampu mengoperasikan satu kios saja.

Menurut Yenda, meskipun renovasi diperlukan, hal ini bukan solusi tunggal untuk menarik kembali pengunjung.

Ia berharap pengelola pasar menciptakan program-program inovatif yang dapat mendongkrak kembali minat pembeli.

Rencana revitalisasi ini rencananya akan melibatkan perombakan total infrastruktur Pasar Baru.

Fasilitas modern dan lebih nyaman diharapkan dapat menarik lebih banyak pengunjung.

Namun, pedagang meminta agar pemerintah mengkaji ulang biaya proyek tersebut.

Mereka menilai angka Rp 842 miliar terlalu besar dan tidak realistis mengingat kondisi pasar saat ini.

Pedagang mengusulkan agar biaya revitalisasi diturunkan menjadi sekitar Rp 200 miliar saja.

Usulan ini, menurut mereka, lebih masuk akal dan dapat meringankan beban pedagang setelah revitalisasi.

Selain itu, pedagang juga berharap ada kelonggaran pembayaran pasca-renovasi.

Mereka ingin ada kebijakan yang membantu mereka beradaptasi dengan kondisi pasar yang baru.

Banyak pedagang menyadari bahwa revitalisasi penting untuk memperbaiki citra Pasar Baru.

Namun, mereka juga menekankan pentingnya upaya lain seperti promosi aktif untuk mengembalikan kepercayaan pengunjung.

Pengamat ekonomi lokal menilai bahwa revitalisasi pasar harus mencakup strategi pemasaran yang efektif.

Tanpa langkah ini, pembaruan fisik pasar saja tidak akan cukup untuk menarik pembeli.

Pemerintah daerah sendiri menyatakan komitmennya untuk mendukung pedagang selama proses revitalisasi.

Namun, detail kebijakan terkait pembiayaan kios pasca-revitalisasi masih belum diumumkan.

Kondisi ini memunculkan kekhawatiran di kalangan pedagang yang menggantungkan hidup mereka dari pasar ini.

Pasar Baru Bandung merupakan salah satu pusat perdagangan tertua di Jawa Barat.

Sebagai ikon Kota Bandung, pasar ini memiliki potensi besar untuk menarik wisatawan lokal dan mancanegara.

Namun, tantangan saat ini adalah bagaimana mengembalikan kejayaan pasar tanpa membebani pedagang.

Langkah yang diambil pemerintah diharapkan dapat mengakomodasi kepentingan semua pihak.

Dengan demikian, revitalisasi ini dapat menjadi momentum untuk membangkitkan kembali ekonomi lokal.***