Tragedi Pentas Seni di SMK Dharma Pertiwi Padalarang
Pentas seni di SMK Padalarang yang berujung tragis. (Sumber: Instagram/infobandungbarat)

Tragedi Pentas Seni di SMK Dharma Pertiwi Padalarang, Polisi Sebut Murni Kecelakaan

Diposting pada
iklan fif batujajar

KoranBandung.co.id – Sebuah insiden tragis terjadi di SMK Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, saat pentas seni sekolah berujung pada kematian seorang siswa.

Peristiwa ini mengundang perhatian luas dan menimbulkan berbagai spekulasi di kalangan masyarakat.

Namun, hasil penyelidikan pihak kepolisian mengonfirmasi bahwa kejadian tersebut murni merupakan kecelakaan.

MRD, seorang siswa berusia 17 tahun, terlibat dalam sebuah drama yang mengangkat tema kenakalan remaja.

Dalam pementasan tersebut, ia memerankan karakter seorang siswi yang menghadapi kehamilan di luar nikah dan berusaha mengakhiri hidupnya.

Adegan ini menuntut penggunaan properti berupa balon yang ditempatkan di perut dan dada, melambangkan kondisi kehamilan karakter tersebut.

Awalnya, tim produksi mempersiapkan jarum sebagai alat untuk memecahkan balon dalam adegan klimaks.

Namun, selama latihan, jarum tersebut terbukti tidak efektif dalam memecahkan balon.

Menghadapi situasi ini, MRD mengambil inisiatif untuk mengganti alat tersebut dengan gunting, berharap dapat mencapai efek dramatis yang diinginkan.

Sayangnya, keputusan ini berujung fatal. Pada saat pementasan berlangsung, penggunaan gunting tersebut menyebabkan cedera serius pada MRD.

Meskipun upaya pertolongan segera dilakukan, nyawanya tidak dapat diselamatkan.

Kejadian ini mengejutkan seluruh komunitas sekolah dan masyarakat sekitar.

Pihak kepolisian, dalam hal ini Polres Cimahi, segera melakukan penyelidikan mendalam untuk mengungkap penyebab pasti insiden tersebut.

Kapolres Cimahi, AKBP Tri Suhartanto, menyatakan bahwa berdasarkan rangkaian pemeriksaan dan penyelidikan, tidak ditemukan indikasi adanya unsur kesengajaan atau tindakan kriminal dalam kejadian ini.

Pihak sekolah juga telah memberikan keterangan terkait prosedur dan persiapan pentas seni tersebut.

Mereka menjelaskan bahwa seluruh rangkaian acara telah direncanakan dengan cermat, dan alat-alat yang digunakan telah melalui proses evaluasi.

Namun, inisiatif spontan yang diambil oleh MRD untuk mengganti alat pemecah balon tidak terduga dan di luar skenario yang telah disusun.

Insiden ini menjadi pelajaran berharga bagi institusi pendidikan dalam menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler.

Pentingnya pengawasan ketat dan evaluasi menyeluruh terhadap setiap detail pementasan, termasuk alat dan properti yang digunakan, menjadi sorotan utama.

Selain itu, komunikasi yang efektif antara siswa dan pembimbing harus selalu dijaga untuk mencegah keputusan spontan yang berpotensi membahayakan.***