KoranBandung.co.id – Botol ketemu tutup dan tutup ketemu botol merupakan istilah yang berkembang di masyarakat Jawa dalam menggambarkan kecocokan pasangan dalam pernikahan.
Istilah ini kemudian menjadi populer di berbagai daerah di Indonesia dan sering menjadi bahan perbincangan terkait kecocokan karakter dalam rumah tangga.
Namun, apakah benar perbedaan tersebut memiliki pengaruh dalam hubungan pernikahan, atau sekadar mitos turun-temurun yang tidak relevan dengan kehidupan modern?
Botol ketemu tutup mengacu pada pernikahan antara anak pertama laki-laki dan anak terakhir perempuan.
Kombinasi ini dianggap ideal karena anak pertama laki-laki umumnya memiliki sifat bertanggung jawab dan dewasa, sementara anak terakhir perempuan cenderung lebih manja dan membutuhkan bimbingan.
Dalam budaya Jawa, pasangan ini digambarkan sebagai hubungan yang saling melengkapi karena peran masing-masing sesuai dengan ekspektasi tradisional.
Sebaliknya, tutup ketemu botol menggambarkan pernikahan antara anak pertama perempuan dan anak terakhir laki-laki.
Kombinasi ini sering dianggap kurang serasi karena anak pertama perempuan umumnya memiliki sifat dominan dan bertanggung jawab, sementara anak terakhir laki-laki sering diasumsikan lebih santai dan kurang mandiri.
Dalam pandangan tradisional, perbedaan ini dapat menimbulkan tantangan dalam pernikahan karena potensi ketidakseimbangan peran.
Namun, anggapan tersebut tidak selalu benar karena kepribadian seseorang tidak hanya ditentukan oleh urutan kelahiran.
Faktor lingkungan, pendidikan, serta pengalaman hidup juga berperan dalam membentuk karakter seseorang.









