Apa itu Kepala Botak Berkutu pada MOS MOPD

Apa itu Kepala Botak Berkutu pada MOS/ MOPD?

Diposting pada
web otomotif bandung barat

KoranBandung.co.id – Kepala botak berkutu menjadi salah satu tantangan nyeleneh yang kerap muncul dalam kegiatan Masa Orientasi Siswa (MOS) atau Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS).

Istilah ini bukanlah bentuk perundungan, melainkan bagian dari permainan kata-kata kreatif yang menuntut siswa berpikir di luar kebiasaan.

Dalam praktiknya, siswa baru diminta membawa benda atau makanan sesuai nama yang telah ditentukan, termasuk istilah absurd seperti “kepala botak berkutu”.

Meski terdengar ganjil, istilah tersebut ternyata hanya merujuk pada makanan tradisional Indonesia, yaitu onde-onde.

Baca Juga:  Apa Arti Crash MotoGP dan 2 Jenis Crash di MotoGP? Simak Penjelasan Lengkap

Permukaannya bulat dan licin menyerupai kepala botak, sementara taburan wijen di luarnya dianggap sebagai “kutu”.

Tantangan seperti ini sengaja dibuat untuk mengasah kreativitas dan melatih keberanian siswa baru dalam menyampaikan interpretasi unik di depan teman-temannya.

Tak jarang, tantangan lainnya juga memiliki nama-nama kocak seperti “kuping berduri”, “ikan terbang”, atau “sapu terbang patah sayap”, yang masing-masing memiliki arti tak terduga.

Guru dan panitia MPLS biasanya sengaja menciptakan istilah-istilah tersebut untuk mencairkan suasana dan mengurangi ketegangan hari pertama masuk sekolah.

Baca Juga:  BPBD Bandung Barat Perkuat Mitigasi Gempa Sesar Lembang dengan Simulasi dan Edukasi Warga

Tradisi ini pun menjadi hiburan tersendiri baik bagi peserta maupun panitia.

Alih-alih mengandung unsur kekerasan atau perploncoan, permainan semacam ini justru mengedepankan humor dan interaksi sosial yang membangun.

Beberapa sekolah bahkan menjadikan tantangan ini sebagai lomba kelompok untuk mempererat solidaritas antar siswa baru.

Namun demikian, pihak sekolah tetap memberikan batasan agar istilah yang digunakan tidak menjurus pada penghinaan atau potensi perundungan.

Kepala botak berkutu hanyalah salah satu contoh bagaimana kekayaan budaya lokal dan kreativitas bahasa Indonesia dapat diolah menjadi aktivitas edukatif yang menyenangkan.

Baca Juga:  Perbedaan Arti Rojali dan Rohana dan Rocita

Dengan pendekatan yang tepat, MOS tidak hanya menjadi ajang perkenalan, tetapi juga ladang pembelajaran karakter.***

Gambar Gravatar
Seorang writer di bidang jurnalis dan blogger. Sudah aktif menulis di media Indonesia sejak tahun 2016.