Tidak sedikit kreator pemula yang terkejut ketika mengetahui bayaran dari FB Pro jauh lebih rendah dibandingkan harapan awal.
Mereka kemudian menyalurkan rasa kecewa itu dengan cara kreatif, salah satunya melalui istilah bahasa gaul seperti “dodol FB Pro.”
Dari sisi psikologi komunikasi, bahasa gaul semacam ini berfungsi sebagai bentuk ekspresi sekaligus penyemangat di kalangan kreator.
Dengan menyebut hasil pendapatan mereka sebagai “dodol,” kreator bisa menertawakan situasi sekaligus tetap termotivasi untuk terus berkarya.
Hal ini juga memperlihatkan bahwa komunitas digital memiliki cara tersendiri untuk menghadapi tantangan dalam dunia monetisasi.
Jika dilihat lebih dalam, istilah ini turut mencerminkan pergeseran budaya ekonomi digital di Indonesia.
Pendapatan dalam bentuk dolar kini menjadi impian banyak kreator, meski jumlahnya belum tentu sesuai ekspektasi.
Meskipun hanya bernilai kecil, faktanya setiap dolar yang masuk bisa menjadi awal dari perjalanan panjang menuju kesuksesan di dunia konten.
Banyak kreator yang kemudian menjadikan istilah ini sebagai pengingat bahwa setiap usaha harus dilalui dengan konsistensi.
Sejumlah kreator yang lebih berpengalaman juga memaknai “dodol FB Pro” sebagai langkah awal sebelum mendapatkan penghasilan lebih besar.
Bagi mereka, meski pendapatan awal terasa kecil, pengalaman dan konsistensi akan membawa hasil lebih baik di kemudian hari.
Fenomena ini juga memberi pesan bahwa dunia digital bukanlah jalan instan menuju kekayaan, tetapi membutuhkan strategi, kerja keras, dan kesabaran.
Di sisi lain, penggunaan istilah “dodol FB Pro” menunjukkan eratnya hubungan antara budaya lokal dengan tren global.***









