KoranBandung.co.id – Layanan angkot feeder resmi terintegrasi dengan bus Metro Jabar Trans (MJT) mulai beroperasi di Kota Bandung pada Rabu, 1 Oktober 2025.
Peluncuran koridor perdana bernama FD1 ini menjadi tonggak baru dalam sistem transportasi publik Bandung.
Rute FD1 melayani perjalanan dari Simpang Samsat Soekarno Hatta (Kiaracondong) hingga Pasar Baru Jalan ABC, pulang-pergi.
Langkah ini menjadi salah satu upaya pemerintah daerah dalam menghadirkan layanan transportasi publik yang lebih teratur, modern, dan ramah lingkungan.
Selama masa uji coba yang berlangsung pada 1–8 Oktober 2025, masyarakat bisa menggunakan angkot feeder ini secara gratis.
Meski tarif masih Rp0, setiap penumpang tetap diwajibkan tapping kartu e-money atau Kartu Multi Trip (KMT) di perangkat yang tersedia di dalam armada.
Saldo tidak akan terpotong selama masa uji coba, namun kebiasaan tapping tetap dijalankan sebagai bagian dari edukasi menuju sistem pembayaran non-tunai penuh.
Setelah uji coba berakhir, tarif resmi akan diberlakukan sebesar Rp4.900 untuk sekali perjalanan.
Aturan ketat juga diterapkan dalam layanan feeder Metro Jabar Trans ini untuk menjaga kenyamanan penumpang.
Penumpang dilarang merokok di dalam kendaraan, dan pembayaran hanya dapat dilakukan secara non-tunai.
Sopir tidak diperbolehkan menerima uang tunai dalam bentuk apapun untuk mencegah praktik di luar aturan resmi.
Selain itu, penumpang hanya bisa naik dan turun di shelter resmi yang telah ditentukan.
Apabila ditemukan adanya pelanggaran, masyarakat dipersilakan melaporkannya ke Call Center 0821-2121-1800.
Keberadaan angkot feeder FD1 ini diharapkan mampu menjawab persoalan klasik transportasi di Bandung, khususnya ketidakpastian trayek dan tarif.
Model integrasi antara angkot feeder dan bus Metro Jabar Trans menjanjikan sistem perjalanan yang lebih efisien.
Penumpang dari wilayah Kiaracondong kini dapat dengan mudah mencapai pusat kota melalui koneksi feeder ke koridor bus utama.
Langkah ini sekaligus menjadi jawaban atas keluhan masyarakat yang selama ini mengandalkan angkutan kota konvensional tanpa kepastian jadwal.
Dengan konsep baru, layanan feeder tidak lagi sekadar menjadi moda transportasi alternatif, melainkan bagian integral dari sistem transportasi perkotaan.
Kehadiran tarif flat Rp4.900 juga dianggap lebih terjangkau dibandingkan kombinasi biaya angkot dan bus secara terpisah.
Bagi pemerintah daerah, sistem ini tidak hanya sekadar menghadirkan transportasi modern, tetapi juga menjadi instrumen untuk menekan penggunaan kendaraan pribadi.***