KoranBandung.co.id – Bahasa Sunda memiliki ragam ungkapan yang unik dan sering digunakan dalam percakapan sehari-hari.
Salah satu ungkapan yang kerap terdengar adalah “Gelo pisan”.
Ungkapan ini biasanya digunakan dalam konteks informal dan memiliki makna yang cukup kuat.
Dalam percakapan sehari-hari, “Gelo pisan” berarti “gila sekali” atau “sangat gila”.
Kata “gelo” sendiri berarti gila, sedangkan “pisan” bermakna sangat atau sekali.
Ungkapan ini lebih sering muncul dalam pergaulan santai di antara teman sebaya.
Namun, penggunaan kalimat ini tidak disarankan pada situasi formal maupun kepada orang yang lebih tua.
Hal ini karena ungkapan tersebut dapat dianggap tidak sopan atau bahkan menyinggung perasaan lawan bicara.
Makna Harfiah Ungkapan “Gelo Pisan”
Dalam bahasa Sunda, kata “gelo” memang identik dengan istilah yang merujuk pada kondisi tidak waras atau gila.
Sementara itu, kata “pisan” menegaskan makna menjadi lebih intens, setara dengan kata “sekali” atau “sangat” dalam bahasa Indonesia.
Jika digabungkan, maknanya menjadi ungkapan yang kuat untuk mengekspresikan kekagetan, ketidakpercayaan, atau perasaan yang berlebihan terhadap suatu hal.
Meski demikian, tidak semua konteks menjadikan kalimat ini terdengar kasar.
Pada kalangan anak muda, “gelo pisan” justru bisa menjadi bentuk ekspresi spontan yang menunjukkan rasa heran.
Penggunaan dalam Percakapan Sehari-hari
Dalam percakapan antar teman, ungkapan ini sering dipakai untuk merespons sesuatu yang mengejutkan.
Contohnya, ketika mendengar kabar yang tidak masuk akal, seseorang bisa secara spontan mengatakan “Gelo pisan!”.
Ungkapan ini seolah menjadi bentuk ekspresi emosional yang langsung bisa dipahami lawan bicara.
Namun, penggunaan kata ini tetap harus memperhatikan situasi dan kondisi.
Apabila diucapkan pada orang yang lebih tua atau dalam forum resmi, kata-kata ini akan terdengar tidak pantas.
Nilai Kesopanan dalam Budaya Sunda
Budaya Sunda sangat menjunjung tinggi kesopanan dalam berbahasa.
Masyarakat Sunda memiliki tingkatan bahasa yang disebut undak usuk basa.
Dalam aturan tersebut, terdapat pemilihan kata yang disesuaikan dengan siapa lawan bicara.
Ketika berbicara dengan orang yang lebih tua atau dihormati, bahasa yang digunakan biasanya lebih halus dan sopan.
Sebaliknya, ungkapan kasar atau bernada mengejek seperti “gelo pisan” sebaiknya dihindari.
Oleh karena itu, masyarakat Sunda sangat berhati-hati dalam menempatkan kata-kata tersebut.
Konteks Sosial dan Ekspresi Emosional
Ungkapan “gelo pisan” lebih banyak dipakai sebagai bentuk ekspresi sosial.
Anak muda biasanya memanfaatkannya untuk menekankan rasa terkejut atau takjub.
Dalam pergaulan sehari-hari, kata ini bisa dianggap biasa dan tidak menyinggung apabila diucapkan kepada teman sebaya.
Namun, ketika dipakai dalam situasi yang salah, ungkapan ini bisa menimbulkan kesalahpahaman.
Maka dari itu, setiap penutur bahasa Sunda diajarkan sejak kecil untuk memahami konteks dan situasi berbahasa.***









