KoranBandung.co.id – Dalam dunia peternakan, istilah F1, F2, dan F3 sering kali terdengar, namun tidak semua orang memahami maknanya secara mendalam.
Setiap istilah tersebut memiliki arti yang berkaitan dengan hasil persilangan antar generasi hewan ternak.
Memahami perbedaan antar generasi ini sangat penting karena berkaitan dengan kualitas genetik, produktivitas, dan ketahanan hewan terhadap penyakit.
Asal Usul Istilah F1, F2, dan F3
Istilah F1, F2, dan F3 sebenarnya berasal dari kata “Filial,” yang berarti generasi keturunan dalam ilmu genetika.
Dalam konteks peternakan, istilah ini digunakan untuk menjelaskan urutan generasi hasil persilangan dari dua individu dengan karakteristik tertentu.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan keturunan dengan sifat unggul, seperti pertumbuhan cepat, daging berkualitas, atau produksi susu tinggi.
F1: Generasi Pertama yang Paling Unggul
F1 merujuk pada generasi pertama hasil persilangan antara dua ras atau jenis hewan yang berbeda.
Misalnya, ketika seekor sapi lokal dikawinkan dengan sapi impor seperti Limousin atau Simental, maka anak yang dihasilkan disebut sebagai sapi F1.
Keturunan F1 biasanya memiliki keunggulan yang disebut hybrid vigor atau heterosis, yaitu peningkatan performa dibandingkan induknya.
Ciri utama hewan F1 adalah pertumbuhannya lebih cepat, daya tahan tubuh lebih baik, dan efisiensi pakan lebih tinggi.
Hal ini membuat hewan F1 sering menjadi pilihan utama peternak untuk tujuan produksi.
Namun, meskipun memiliki keunggulan, hewan F1 juga memerlukan perawatan yang lebih intensif dan lingkungan yang mendukung agar potensi genetiknya dapat muncul secara optimal.
F2: Generasi Kedua dengan Variasi Genetik Lebih Luas
Istilah F2 merujuk pada generasi kedua hasil persilangan antara sesama F1.
Dengan kata lain, F2 adalah anak dari dua individu F1 yang dikawinkan.
Pada generasi F2, variasi genetik biasanya lebih besar dibandingkan F1 karena sifat-sifat gen dari induknya mulai bersegregasi.
Hewan F2 sering menunjukkan hasil yang lebih beragam, baik dari segi ukuran, warna, maupun produktivitas.
Dalam konteks peternakan, F2 bisa menjadi pilihan jika peternak ingin mencari bibit yang lebih adaptif terhadap lingkungan lokal.
Namun, performa F2 tidak selalu seunggul F1 karena efek hybrid vigor mulai menurun pada generasi ini.
Untuk mendapatkan hasil yang konsisten, peternak biasanya melakukan seleksi ketat pada F2 agar keturunan berikutnya memiliki kualitas terbaik.









