KoranBandung.co.id – Gempa bumi dangkal mengguncang Kota Cimahi, Jawa Barat, pada Minggu pagi, 29 Juni 2025.
Guncangan ini terjadi sekitar pukul 08.49 WIB dan sempat mengejutkan sebagian warga di kawasan Bandung Raya.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan bahwa pusat gempa berada di sekitar 14 kilometer timur laut Kota Cimahi.
Getaran dari gempa berkekuatan magnitudo 2,7 ini dirasakan hingga permukiman warga meski tidak menimbulkan kerusakan.
Fenomena ini kembali menyoroti potensi sesar aktif yang membentang di wilayah padat penduduk tersebut.
BMKG memastikan bahwa sumber gempa berasal dari aktivitas Sesar Lembang, salah satu sesar aktif yang berada di kawasan utara Bandung dan sekitarnya.
Gempa yang terjadi di kedalaman hanya 6 kilometer ini termasuk ke dalam kategori gempa dangkal.
Kondisi tersebut menyebabkan getaran lebih mudah dirasakan di permukaan meski kekuatannya tergolong rendah.
Menurut analisis pihak Geofisika BMKG Bandung, karakteristik gempa ini identik dengan aktivitas patahan lokal yang selama ini terus dimonitor intensif.
Meskipun tidak memicu kepanikan massal, guncangan ini kembali membuktikan bahwa wilayah Cimahi dan Bandung Raya memiliki potensi kegempaan yang perlu diwaspadai.
Di permukiman padat seperti Cimahi dan Kabupaten Bandung Barat, guncangan dirasakan dalam skala ringan oleh sebagian warga.
Beberapa benda ringan seperti gantungan atau peralatan rumah tangga mengalami pergerakan kecil akibat getaran yang merambat dari pusat gempa.
Masyarakat yang sedang beraktivitas di dalam rumah sempat merasa ada getaran menyerupai lewatnya kendaraan berat seperti truk.
Meski demikian, hingga berita ini disusun, tidak ditemukan adanya laporan kerusakan bangunan maupun korban jiwa.
Kondisi ini menjadi peringatan dini bahwa sesar aktif di Jawa Barat bukan sekadar potensi laten, melainkan ancaman nyata yang sewaktu-waktu bisa mengakibatkan gempa lebih besar.
Aktivitas Sesar Lembang telah menjadi perhatian para ahli geologi dan kebencanaan selama lebih dari satu dekade terakhir.
Sesar ini memiliki panjang sekitar 29 kilometer dan membentang dari utara Kota Bandung hingga Lembang, Kabupaten Bandung Barat, lalu berakhir di wilayah timur Cimahi.
Dari sejarah kegempaan yang terekam, Sesar Lembang diperkirakan memiliki siklus gempa yang tidak rutin namun berpotensi destruktif jika magnitudonya mencapai angka di atas 5.
Kepala Stasiun Geofisika BMKG Bandung, Teguh Rahayu, menyampaikan bahwa pengamatan terhadap aktivitas Sesar Lembang dilakukan secara berkala.
Pihaknya juga terus meningkatkan edukasi kepada masyarakat mengenai mitigasi gempa bumi dan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana.
Meski magnitudo gempa yang terjadi kali ini relatif kecil, potensi gempa di masa depan tetap harus diantisipasi dengan baik.
Warga diimbau untuk tidak panik dan tetap memperhatikan informasi resmi dari BMKG dan instansi kebencanaan lainnya.
Kejadian gempa ini sekaligus menjadi momen pengingat pentingnya pembangunan tahan gempa, terutama di wilayah padat penduduk seperti Cimahi dan sekitarnya.
Sebagai bagian dari kawasan perkotaan Bandung Raya, Cimahi termasuk wilayah yang memiliki perkembangan infrastruktur dan hunian yang pesat.
Sayangnya, masih banyak bangunan di kawasan ini yang belum dirancang dengan memperhatikan kaidah konstruksi tahan gempa.
Peningkatan kualitas bangunan dan evaluasi rutin struktur gedung di kawasan rawan gempa harus menjadi prioritas, terlebih jika mempertimbangkan keberadaan Sesar Lembang.
Dengan meningkatnya aktivitas seismik di kawasan ini dalam beberapa tahun terakhir, perencanaan tata ruang dan pembangunan juga perlu memperhatikan aspek geologi dan risiko bencana.
Masyarakat pun didorong untuk mengenali lingkungan tempat tinggalnya, termasuk memahami jalur evakuasi dan titik aman jika terjadi gempa yang lebih besar.
Pemerintah daerah bersama BMKG dan lembaga terkait lainnya diharapkan terus membangun komunikasi yang efektif dan respons cepat terhadap potensi bencana alam.***