KoranBandung.co.id – Polda DIY memastikan informasi tentang adanya korban jiwa dalam kericuhan antara suporter Persib dan PSIM Yogyakarta hanyalah kabar bohong.
Peristiwa itu terjadi usai pertandingan di Stadion Sultan Agung (SSA), Bantul, pada Minggu (24/8/2025) malam.
Kericuhan sempat meluas ke sejumlah titik di Kota Yogyakarta dan menyebabkan kerusakan fasilitas umum.
Polisi menegaskan bahwa penyebaran hoaks korban meninggal sangat berbahaya bagi kondusivitas wilayah.
Kabid Humas Polda DIY, Kombes Pol Ihsan, menyatakan bahwa narasi adanya suporter meninggal dunia tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Ia mengimbau masyarakat agar tidak mudah terpancing isu provokatif yang hanya memperkeruh keadaan.
Polda DIY menekankan pentingnya menjaga keamanan, ketertiban, dan kenyamanan bersama.
Meski tidak ada korban jiwa, Polresta Yogyakarta mencatat sejumlah kericuhan di beberapa lokasi setelah pertandingan.
Plt Kasi Humas Polresta Jogja, Iptu Gandung Harjunadi, menjelaskan bahwa beberapa suporter mengalami luka ringan akibat bentrokan.
Sebagian luka terjadi di kepala, sementara lainnya hanya lecet karena terkena benda tumpul.
Aparat kepolisian juga mengamankan 177 orang untuk dipulangkan ke luar kota secara bertahap.
Selain itu, 15 orang dari Baciro turut dipulangkan menggunakan bus maupun kereta api.
Langkah ini diambil untuk mencegah potensi tindak kekerasan yang lebih besar.
Keterangan lain datang dari Koordinator Tempat Khusus Parkir Ngabean, Agus, yang menyaksikan peristiwa di lokasi.
Menurutnya, sebuah bus berplat D dan sebuah minibus elf masuk area parkir sekitar pukul 19.30 WIB tanpa atribut suporter.
Situasi masih terkendali hingga muncul kabar adanya bus yang dilempari batu di Gedongtengen.
Kabar itu juga menyebut bus menabrak orang di kawasan Malioboro, sehingga menimbulkan kepanikan.
Informasi tersebut kemudian menyebar cepat di kalangan massa yang berada di sekitar lokasi.
Sekitar pukul 00.00 WIB, massa melakukan sweeping dan menyerang bus berplat B.
Satu unit bus dan satu mobil elf menjadi sasaran pelemparan batu dan besi hingga rusak parah.
Kericuhan berlangsung hingga dini hari sebelum akhirnya mereda sekitar pukul 02.00 WIB.
Selain kendaraan, pagar pembatas dan lapak pedagang di sekitar Ngabean ikut rusak akibat bentrokan.
Senin pagi, aparat kepolisian bersama warga melakukan pembersihan sisa-sisa kerusakan di lokasi kejadian.
Polisi juga berkoordinasi dengan pemerintah setempat untuk menginventarisasi kerugian fasilitas umum.
Kasus ini menegaskan betapa cepatnya kabar bohong bisa memicu aksi anarkis di lapangan.
Hoaks yang beredar di tengah situasi rawan menjadi pemicu keresahan sekaligus bahan provokasi massa.
Polda DIY mengingatkan masyarakat agar hanya mengakses informasi dari sumber resmi yang dapat dipercaya.
Kesadaran publik menjadi kunci dalam mencegah penyebaran isu palsu yang merugikan banyak pihak.***