KoranBandung.co.id – Puluhan siswa di Bandung Barat mengalami dugaan keracunan makanan setelah mengonsumsi menu bergizi (MBG) yang dibagikan di sekolah.
Peristiwa ini terjadi pada Selasa, 22 September 2025, dan menimbulkan kepanikan di kalangan siswa maupun pihak sekolah.
Kasus keracunan massal ini tidak hanya menimpa siswa SMK Pembangunan Bandung Barat, tetapi juga melibatkan siswa dari MTs Darul Fiqri dan SD Negeri Cipari di Kecamatan Cipongkor.
Menurut keterangan dari guru kesiswaan SMK Pembangunan Bandung Barat, gejala keracunan mulai muncul sekitar pukul 11.00 WIB.
Menu bergizi tersebut diketahui dibagikan kepada para siswa sekitar pukul 09.30 WIB.
Sebagian siswa mulai menyantap makanan itu pada pukul 10.00 WIB.
Hanya berselang satu jam, sejumlah siswa melaporkan keluhan seperti mual, pusing, dan tubuh lemas kepada pihak sekolah.
Guru kesiswaan kemudian melakukan pengecekan ke ruang kelas untuk memastikan kondisi para siswa.
Hasilnya, beberapa siswa lain juga menunjukkan gejala serupa dan membutuhkan penanganan segera.
Pihak sekolah lantas menghubungi berbagai pihak, termasuk Badan Gizi Nasional (BGN), yayasan, aparat kecamatan, hingga perangkat desa setempat.
Langkah cepat ini dilakukan untuk mempercepat koordinasi dan memastikan para siswa mendapatkan perawatan yang dibutuhkan.
Sementara itu, laporan dari Puskesmas Cipongkor pada pukul 17.34 WIB mencatat 72 pasien datang untuk mendapatkan pemeriksaan.
Dari jumlah tersebut, 24 orang harus dirujuk ke RSUD Cililin karena membutuhkan perawatan lebih lanjut.
Data yang diperoleh kemudian menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan.
Pada pukul 23.16 WIB di hari yang sama, total korban yang terdaftar mencapai 211 orang.
Jumlah tersebut mencakup siswa dari tiga sekolah berbeda yang berada di kawasan Cipongkor, Bandung Barat.
Puskesmas Cipongkor menjadi garda terdepan dalam menangani para siswa yang terpapar gejala keracunan.
Bekerja sama dengan tenaga medis RSUD Cililin, upaya penanganan darurat terus dilakukan sepanjang hari.
Gejala yang paling umum dikeluhkan pasien adalah mual, muntah, pusing, serta badan terasa lemah.
Meski sebagian besar pasien dalam kondisi stabil, sebagian lainnya memerlukan observasi lebih lama di rumah sakit.
Kejadian ini menyoroti pentingnya pengawasan ketat terhadap kualitas makanan yang dibagikan di sekolah.
Program menu bergizi yang sejatinya ditujukan untuk menunjang kesehatan siswa justru memunculkan masalah serius.
Pihak sekolah melalui guru kesiswaan menegaskan bahwa mereka hanya menerima distribusi makanan dari pihak penyedia.
Mereka tidak memiliki kewenangan untuk memeriksa kualitas makanan secara detail sebelum dibagikan.***