KoranBandung.co.id – Peristiwa dugaan keracunan massal di Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, terus menjadi perhatian publik karena jumlah korban yang terdata semakin bertambah.
Kasus ini terjadi di SMK Pembangunan Bandung Barat yang berlokasi di Kampung Rawa Tampele, Desa Sirnagalih, Kecamatan Cipongkor, pada Senin, 22 September 2025.
Para siswa yang diduga mengalami keracunan diketahui mengonsumsi makanan dari dapur SPPG Bandung Barat Cipongkor-Cijambu yang dikelola oleh salah satu yayasan.
Berdasarkan laporan sementara, sedikitnya 31 siswa dari SMK Pembangunan Bandung Barat dan SMPN 3 Cipongkor mengalami gejala keracunan.
Sejumlah korban dirawat di Puskesmas Cipongkor dengan kondisi beragam, mulai dari ringan hingga harus dirujuk ke RSUD Cililin.
Dari daftar yang dihimpun, siswa yang mengalami gejala mencakup berbagai tingkat pendidikan, mulai dari kelas X hingga XII di SMK Pembangunan, serta beberapa pelajar SMP.
Beberapa siswa dilaporkan telah membaik dan diperbolehkan pulang, sementara sebagian lainnya masih dalam pemantauan intensif tenaga medis.
Selain itu, empat siswa dilaporkan mendapat perawatan lebih lanjut di RSUD Cililin karena kondisi yang dianggap membutuhkan penanganan lebih serius.
Pihak medis menyebutkan bahwa gejala yang muncul antara lain mual, muntah, pusing, hingga lemas setelah menyantap makanan yang disediakan pada kegiatan sekolah.
Hingga kini, belum ada kepastian mengenai jenis makanan apa yang menjadi penyebab dugaan keracunan tersebut.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat telah menurunkan tim untuk mengambil sampel makanan dari dapur SPPG guna dilakukan uji laboratorium.
Langkah ini penting untuk memastikan apakah dugaan keracunan berasal dari faktor kebersihan, penyimpanan bahan makanan, atau adanya kontaminasi lain.
Kepala Puskesmas Cipongkor menyebutkan bahwa pihaknya terus menerima laporan tambahan siswa yang mengalami gejala serupa.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran karena dapur SPPG diketahui melayani lebih dari 3.500 siswa dengan program makanan bergizi gratis.
Dengan cakupan penerima yang sangat besar, potensi bertambahnya korban tidak bisa dikesampingkan.
Orang tua siswa pun mulai menunjukkan kekhawatiran dan banyak yang mendatangi sekolah maupun fasilitas kesehatan untuk memastikan kondisi anak mereka.
Pihak sekolah berkoordinasi dengan yayasan penyelenggara program makanan gratis untuk menghentikan sementara distribusi hingga hasil pemeriksaan laboratorium keluar.
Situasi ini juga mendapat perhatian pemerintah daerah yang menegaskan akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap program penyediaan makanan bergizi di sekolah-sekolah.
Program tersebut sebenarnya memiliki tujuan baik untuk mendukung kesehatan dan gizi siswa, namun kasus di Cipongkor ini menjadi pelajaran berharga agar aspek keamanan pangan lebih diperhatikan.
Pengawasan terhadap dapur penyedia makanan dipandang sangat penting agar kasus serupa tidak kembali terulang di masa mendatang.
Korban yang dirujuk ke RSUD Cililin
No | Nama Siswa | Jenis Kelamin | Kelas |
---|---|---|---|
1 | Aulia | P | X |
2 | Nurwitri | P | XII |
3 | Aditya | L | XII |
4 | Silfi | P | 3 SMP |
Korban dari SMPN 3 Cipongkor
Buka halaman selanjutnya…