KoranBandung.co.id – BPBD Kabupaten Bandung Barat terus memperkuat langkah mitigasi menghadapi potensi gempa bumi akibat aktivitas Sesar Lembang.
Sejak 2019, lembaga ini telah memiliki Rencana Kontinjensi yang dirancang untuk menghadapi skenario gempa hingga magnitudo 6,8.
Dokumen tersebut mencakup struktur tim darurat, jalur evakuasi, peta risiko, serta kebutuhan logistik yang diperbarui secara berkala.
Pada 2 September 2025, BPBD menggelar simulasi evakuasi di Desa Pasir Langu, Kecamatan Cisarua.
Kegiatan tersebut melibatkan masyarakat, sekolah, serta perangkat desa dalam upaya meningkatkan kesiapsiagaan warga.
Simulasi ini menjadi bagian dari program besar yang menargetkan 42 desa di tujuh kecamatan yang berada di jalur Sesar Lembang.
Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Bandung Barat menjelaskan bahwa program simulasi rutin dilakukan untuk melatih koordinasi warga ketika bencana terjadi.
Latihan ini juga mengajarkan masyarakat untuk mengenali jalur evakuasi yang telah dipetakan sesuai dengan kondisi wilayah.
Dengan keterlibatan sekolah, BPBD berharap generasi muda lebih siap menghadapi kemungkinan bencana.
Pemetaan terbaru menunjukkan kawasan wisata Lembang dan pusat pemerintahan Ngamprah termasuk dalam kategori risiko tinggi.
Data tersebut dijadikan dasar dalam penempatan logistik darurat yang meliputi tenda, makanan siap saji, air bersih, hingga obat-obatan.
Selain itu, jalur evakuasi ditentukan dengan mempertimbangkan akses jalan dan potensi hambatan di lapangan.
BPBD menekankan bahwa mitigasi tidak hanya soal infrastruktur, tetapi juga pemahaman masyarakat terhadap langkah penyelamatan diri.
Warga yang sudah mengikuti simulasi di Pasir Langu mengaku lebih percaya diri jika sewaktu-waktu gempa benar-benar terjadi.
Mereka menyebutkan bahwa latihan memberikan gambaran nyata tentang cara bertindak di tengah situasi darurat.
Meski edukasi sudah berjalan, distribusi informasi belum merata ke seluruh desa yang berada di jalur Sesar Lembang.
Sebagian warga masih minim pengetahuan tentang lokasi titik kumpul dan prosedur evakuasi ketika gempa mengguncang.
Untuk mengatasi kendala tersebut, BPBD kini memanfaatkan media sosial sebagai sarana penyebaran informasi.
Radio komunitas di tingkat kecamatan juga digandeng untuk menjangkau wilayah yang akses internetnya terbatas.
Strategi ini dianggap efektif karena masyarakat lebih cepat menerima informasi dari sumber yang dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Selain sosialisasi, BPBD juga memperkuat koordinasi dengan perangkat desa untuk memastikan kesiapan tim relawan lokal.
Setiap desa di jalur Sesar Lembang diarahkan membentuk kelompok siaga bencana yang bisa bergerak lebih cepat sebelum bantuan datang.
Kelompok ini dilatih untuk melakukan pertolongan pertama, mengevakuasi warga rentan, serta mengelola logistik darurat secara mandiri.
Langkah tersebut diharapkan mampu menekan risiko korban jiwa apabila gempa terjadi dalam skala besar.
Para ahli kebencanaan menilai upaya BPBD Bandung Barat sebagai contoh baik bagi daerah lain yang memiliki potensi gempa serupa.
Pendekatan berbasis komunitas dianggap penting karena masyarakatlah yang pertama kali menghadapi dampak bencana.***