Viral Suami Menangis di RSUD Cibabat Cimahi, Soroti Dugaan Diskriminasi Pasien BPJS
Tangisan haru suami pasien di RSUD Cibabat viral, soroti pelayanan terhadap pasien BPJS. Sumber: Facebook

Viral Keluhan Pelayanan RSUD Cibabat Cimahi, Manajemen Rumah Sakit dan Pemkot Angkat Bicara

Diposting pada
web otomotif bandung barat

KoranBandung.co.id – Sebuah video keluhan warga terkait pelayanan medis RSUD Cibabat, Kota Cimahi, menjadi sorotan publik setelah viral di media sosial.

Video berdurasi singkat tersebut memperlihatkan seorang pria yang meluapkan kekecewaan atas proses penanganan istrinya yang tengah dalam kondisi kritis.

Rekaman itu memicu reaksi luas dari masyarakat yang mempertanyakan kualitas pelayanan rumah sakit milik pemerintah tersebut.

Kejadian ini mengundang perhatian tidak hanya dari publik, tetapi juga dari pemerintah daerah hingga manajemen rumah sakit.

Dalam keterangan resminya, pihak RSUD Cibabat menjelaskan kronologi perawatan pasien yang menjadi pusat perbincangan.

Menurut penuturan manajemen rumah sakit, pasien dirujuk ke RSUD Cibabat pada 27 Juni 2025 dan langsung ditangani oleh tim medis di Instalasi Gawat Darurat (IGD).

Setelah dilakukan pemeriksaan berdasarkan kondisi klinis pasien, yang bersangkutan kemudian dirawat di ruang rawat inap Kelas III.

Pihak rumah sakit menegaskan bahwa seluruh prosedur penanganan sudah dilakukan secara profesional dan sesuai standar medis yang berlaku.

Situasi berubah pada 29 Juni 2025, ketika kondisi pasien dikabarkan memburuk secara tiba-tiba dan mengalami henti napas.

Tim medis RSUD Cibabat segera melakukan prosedur gawat darurat, termasuk tindakan resusitasi jantung paru (RJP).

Baca Juga:  Kecelakaan Maut di Karyawangi Parongpong Kabupaten Bandung Barat, Pemotor Meninggal di Tempat

Pihak rumah sakit menilai bahwa dugaan keterlambatan penanganan seperti yang dituduhkan dalam video tidak sesuai dengan fakta di lapangan.

Manajemen menegaskan bahwa tenaga kesehatan telah menjalankan tugasnya dengan cepat dan profesional sesuai protokol medis.

Dalam pernyataannya, RSUD Cibabat juga mengungkapkan rasa empati terhadap reaksi emosional keluarga pasien.

Situasi krisis yang dialami keluarga disebut bisa memicu persepsi yang berbeda atas kejadian yang sebenarnya.

Namun demikian, rumah sakit menyatakan komitmennya dalam memberikan pelayanan yang setara kepada seluruh pasien, baik pengguna BPJS maupun non-BPJS.

Lebih lanjut, klarifikasi tersebut menyatakan bahwa tidak ada perlakuan diskriminatif terhadap pasien dalam hal kecepatan maupun kualitas layanan.

RSUD Cibabat juga menyampaikan permintaan maaf atas ketidaknyamanan yang mungkin timbul dari situasi tersebut.

Pihaknya memastikan bahwa kejadian ini akan dijadikan bahan evaluasi demi meningkatkan mutu layanan kesehatan di masa depan.

Menanggapi kasus yang viral ini, Wali Kota Cimahi, Ngatiyana, turut memberikan pernyataan resmi kepada publik.

Ia menyatakan akan segera melakukan evaluasi menyeluruh terhadap manajemen pelayanan RSUD Cibabat.

Menurutnya, evaluasi mencakup berbagai aspek mulai dari infrastruktur, sistem layanan, hingga manajemen internal rumah sakit.

Baca Juga:  Sekelompok Remaja yang Diduga Akan Balap Liar Diamankan oleh Polresta Bandung di Soreang

Ngatiyana menyebutkan bahwa pemerintah kota tidak akan tinggal diam menyikapi keluhan masyarakat yang menyangkut keselamatan jiwa.

Ia menegaskan bahwa rumah sakit daerah sebagai fasilitas publik harus memberikan pelayanan terbaik tanpa terkecuali.

Langkah evaluasi ini menjadi sinyal kuat bahwa pemerintah daerah serius dalam menanggapi permasalahan di sektor kesehatan.

Selain itu, sorotan publik terhadap RSUD Cibabat menunjukkan bahwa masyarakat kini semakin kritis terhadap layanan kesehatan yang mereka terima.

Fenomena viralnya keluhan ini di media sosial juga mencerminkan betapa pentingnya komunikasi yang terbuka dan responsif antara rumah sakit dan keluarga pasien.

Dalam dunia pelayanan kesehatan, kepercayaan publik merupakan aset penting yang harus dijaga dengan transparansi dan tanggung jawab.

RSUD Cibabat sendiri kini berada di bawah pengawasan lebih ketat, baik dari Pemkot Cimahi maupun dari masyarakat yang menuntut perbaikan nyata.

Ke depan, langkah-langkah pembenahan yang dijanjikan oleh pihak rumah sakit akan menjadi penentu dalam mengembalikan kepercayaan publik.

Evaluasi yang dilakukan diharapkan tidak hanya bersifat administratif, tetapi juga menyentuh aspek pelayanan langsung kepada pasien.

Peningkatan kapasitas tenaga medis, pembenahan sistem triase, serta penguatan komunikasi antar tim medis dan keluarga pasien bisa menjadi fokus utama.

Baca Juga:  Aksi Dugaan Begal Bersenjata Golok Terjadi di Perbatasan Cianjur–Rajamandala, Pengendara Mobil Jadi Sasaran

Kejadian ini menjadi pelajaran penting bagi semua rumah sakit, bahwa ketepatan layanan dan kejelasan komunikasi adalah fondasi pelayanan kesehatan yang berkualitas.

Sementara itu, publik akan terus memantau sejauh mana komitmen perbaikan dari RSUD Cibabat direalisasikan dalam waktu dekat.

Kasus ini menunjukkan bahwa di era digital, pelayanan publik tak hanya dinilai dari kinerja internal, tetapi juga dari persepsi yang dibentuk masyarakat secara terbuka.

Dan dalam hal ini, transparansi, empati, serta evaluasi berkelanjutan menjadi kunci untuk membangun sistem kesehatan yang lebih baik.***

Gambar Gravatar
Seorang writer di bidang jurnalis dan blogger. Sudah aktif menulis di media Indonesia sejak tahun 2016.