Modus Baru Penipuan Paket Tertukar! Waspadai QR Code Berkedok Pengembalian Dana
Waspadai penipuan mengatasnamakan ekspedisi dengan modus QR code pengembalian dana | Sumber: Instagram/infodepok_id

Modus Baru Penipuan Paket Tertukar! Waspadai QR Code Berkedok Pengembalian Dana

Diposting pada
iklan fif batujajar

KoranBandung.co.id – Penipuan berkedok pengiriman paket ekspedisi kembali marak terjadi dengan modus baru yang kian canggih dan meyakinkan.

Belakangan ini, masyarakat di wilayah Depok dan sekitarnya dihebohkan dengan beredarnya pesan WhatsApp dari nomor tidak dikenal yang mengaku sebagai petugas ekspedisi.

Pesan tersebut menyebutkan bahwa terjadi kesalahan pengiriman paket kepada penerima.

Yang mengkhawatirkan, pesan ini diterima oleh orang yang sama sekali tidak melakukan pembelian online.

Salah satu tim dari Info Depok menjadi sasaran dari modus ini dan mencoba menggali lebih dalam dengan mengikuti alur komunikasi pelaku.

Dari hasil penelusuran, pelaku memulai aksinya dengan mengirim pesan WhatsApp dari nomor 0857-1921-9101.

Dalam pesan tersebut, pelaku menyampaikan bahwa telah terjadi kekeliruan dalam pengiriman paket dan meminta penerima untuk mengikuti prosedur pengembalian.

Meski pada tanggal 4 Agustus yang bersangkutan tidak merasa membeli apa pun secara daring, pesan yang diterima terkesan meyakinkan karena mencantumkan nama lengkap, nomor telepon, hingga nomor resi fiktif.

Upaya penipuan ini tidak berhenti di pesan teks.

Pelaku kemudian mengarahkan korban untuk melakukan panggilan telepon guna menjelaskan proses lebih lanjut.

Dalam komunikasi tersebut, korban diminta untuk memindai kode QR sebagai bagian dari prosedur pengembalian dana.

Namun, di sinilah puncak dari jebakan itu bekerja.

Kode QR yang dikirimkan sebenarnya adalah perintah transfer sejumlah uang ke rekening pelaku.

Baca Juga:  Banjir Terus Mengancam Gedebage Kota Bandung Walau Sudah Ada Kolam Retensi

Tanpa disadari, korban telah mengirim uang kepada pelaku dengan dalih proses refund.

Taktik ini makin berbahaya karena pelaku juga memberikan alternatif lain seperti kode virtual account apabila korban kesulitan menggunakan QR code.

Nilai nominal yang diminta melalui metode ini bahkan bisa mencapai jutaan rupiah.

Hal ini menunjukkan bahwa pelaku telah mempersiapkan skenario penipuan dengan rapi dan menargetkan korban yang lengah.

Strategi yang digunakan pelaku sangat sistematis dan memanfaatkan elemen yang membuat korban merasa percaya.

Pertama, pelaku mengumpulkan atau memalsukan data-data pribadi yang tampak valid.

Nama lengkap, nomor ponsel aktif, dan nomor resi palsu menjadi kunci utama untuk menimbulkan rasa percaya pada korban.

Kedua, mereka menyasar momen saat masyarakat banyak berbelanja daring, di mana peluang korban memang benar-benar sedang menunggu kiriman paket menjadi lebih tinggi.

Ketiga, alur komunikasi dibangun sedemikian rupa agar korban merasa bahwa mereka sedang menjalani prosedur resmi pengembalian barang.

Fase terakhir yang paling berbahaya adalah saat korban diarahkan untuk melakukan transaksi finansial.

Dengan dalih menyelesaikan proses refund, pelaku mengirim QR code yang tampaknya berasal dari sistem pembayaran resmi.

Padahal, QR tersebut merupakan tagihan transfer yang ditujukan ke rekening pribadi pelaku.

Baca Juga:  Hujan Deras, Banjir Deras di Jalan Pagarsih Kota Bandung Mirip Aliran Sungai

Beberapa korban bahkan tidak menyadari bahwa mereka telah mentransfer sejumlah uang hingga notifikasi dari bank masuk.

Ironisnya, pelaku tetap bersikap meyakinkan setelah uang dikirim dan menutup komunikasi perlahan-lahan.

Kasus ini memperlihatkan bagaimana penipu kini tidak lagi hanya mengandalkan pesan singkat semata, tetapi membangun komunikasi dua arah yang menyerupai prosedur resmi.

Dalam banyak kasus, korban baru sadar telah tertipu setelah tidak ada kabar lanjutan dari pelaku dan dana tidak juga dikembalikan.

Modus penipuan semacam ini telah memanfaatkan celah psikologis masyarakat yang akrab dengan layanan ekspedisi dan transaksi digital.

Masyarakat cenderung panik ketika dikabarkan terjadi kesalahan pengiriman paket, apalagi jika pelaku menggunakan bahasa yang sopan dan sistematis seperti petugas sungguhan.

Untuk itu, penting bagi publik untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap pesan-pesan mencurigakan yang mengatasnamakan perusahaan ekspedisi.

Jika menerima pesan seperti itu, sebaiknya segera melakukan verifikasi melalui layanan resmi perusahaan ekspedisi terkait.

Jangan pernah memindai QR code atau membuka tautan yang dikirim dari nomor tak dikenal, terlebih jika dikaitkan dengan transaksi uang.

Data pribadi dan riwayat transaksi belanja juga harus dijaga dengan baik.

Informasi seperti nama lengkap, nomor ponsel, dan email sebaiknya tidak sembarangan dibagikan di media sosial atau platform tidak resmi.

Upaya pelaku kejahatan digital kian terorganisir, namun masyarakat tetap bisa mengambil langkah preventif yang efektif.

Baca Juga:  Lowongan Kerja Langsung Diterima Bandung? Awas Kena Tipu Info Bodong

Peningkatan literasi digital dan penyebaran informasi yang akurat akan menjadi benteng utama dalam melawan modus penipuan seperti ini.

Pihak berwenang diharapkan dapat turut serta melakukan sosialisasi serta menindak pelaku yang terbukti menjalankan praktik kejahatan semacam ini.

Hingga saat ini, nomor yang digunakan oleh pelaku masih aktif dan belum dapat dipastikan identitasnya.

Namun, publik dapat berperan aktif dengan melaporkan nomor-nomor mencurigakan melalui kanal resmi seperti Kominfo, aplikasi pelaporan spam, maupun ke operator seluler.

Modus “paket tertukar” ini hanyalah satu dari sekian banyak skenario penipuan yang terus berkembang seiring kemajuan teknologi digital.

Kewaspadaan dan ketelitian tetap menjadi kunci utama agar masyarakat tidak menjadi korban berikutnya.***