KoranBandung.co.id – Jumlah kasus keracunan makanan akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Bandung Barat (KBB) terus meningkat dan menimbulkan kekhawatiran.
Kasus ini bermula di Kecamatan Cipongkor dan Cihampelas, dengan ratusan siswa sekolah menjadi korban dalam kurun waktu hanya tiga hari.
Data menunjukkan total 1.333 siswa mengalami gejala keracunan setelah menyantap makanan dari program MBG sejak 22 hingga 24 September 2025.
Peristiwa pertama terdeteksi pada Senin, 22 September 2025, di SPPG Cijambu, Kecamatan Cipongkor.
Sebanyak 411 siswa dari sekolah tersebut mengalami gejala keracunan mulai dari mual, muntah, hingga pusing setelah mengonsumsi makanan yang disajikan dalam program MBG.
Belum tuntas penanganan pada kasus pertama, dua hari kemudian, Rabu, 24 September 2025, kasus baru muncul di SPPG Neglasari.
Jumlah siswa yang menjadi korban kali ini jauh lebih besar, yakni mencapai 730 anak.
Masih di hari yang sama, kasus ketiga terjadi di SPPG Mekarmukti, Kecamatan Cihampelas.
Sebanyak 192 siswa dilaporkan mengalami gejala serupa setelah menyantap hidangan MBG.
Jika ditotal, kasus keracunan MBG di Bandung Barat dalam rentang waktu tiga hari itu sudah mencapai 1.333 korban.
Lonjakan angka ini memicu keresahan di kalangan orang tua dan masyarakat sekitar.
Mereka menilai pemerintah daerah perlu mengambil langkah cepat dan tegas agar kejadian serupa tidak terus berulang.
Sejumlah pihak menyoroti kualitas makanan yang disediakan dalam program MBG.
Makanan yang seharusnya bergizi dan aman justru memicu dampak kesehatan serius bagi anak-anak sekolah dasar.
Indikasi sementara menunjukkan adanya masalah dalam distribusi dan pengolahan makanan.
Beberapa dugaan kuat mengarah pada faktor kebersihan bahan baku maupun cara penyimpanan yang tidak sesuai standar.
Sementara itu, seluruh siswa yang mengalami gejala keracunan mendapatkan perawatan medis di puskesmas maupun rumah sakit terdekat.
Sebagian besar korban sudah mulai pulih, namun ada beberapa siswa yang masih memerlukan observasi lanjutan.
Kasus keracunan massal ini juga menjadi perhatian pemerintah provinsi Jawa Barat.
Program MBG yang diluncurkan dengan tujuan meningkatkan gizi anak sekolah kini justru menghadapi krisis kepercayaan.
Masyarakat mempertanyakan efektivitas pengawasan terhadap pelaksanaan program tersebut.***