Sebagai contoh, anak terakhir laki-laki yang dibesarkan dalam lingkungan penuh tanggung jawab dapat memiliki karakter yang matang dan mandiri.
Demikian pula, anak pertama perempuan yang tumbuh dalam keluarga demokratis bisa lebih fleksibel dan tidak selalu dominan dalam hubungan.
Sejumlah penelitian juga menunjukkan bahwa kesuksesan dalam pernikahan tidak bergantung pada urutan kelahiran pasangan.
Keselarasan dalam hubungan lebih banyak ditentukan oleh komunikasi, kompromi, serta pemahaman antara satu sama lain.
Dalam kehidupan modern, konsep gender dan peran dalam rumah tangga semakin berkembang dan tidak lagi bergantung pada stereotip lama.
Banyak pasangan yang berhasil menjalani pernikahan harmonis tanpa memedulikan posisi kelahiran mereka.
Bahkan, ada pasangan dengan pola tutup ketemu botol yang justru berhasil karena perbedaan karakter mereka menjadi pelengkap satu sama lain.
Pada akhirnya, kecocokan dalam hubungan bukanlah soal urutan kelahiran, tetapi bagaimana pasangan mampu memahami dan menerima satu sama lain.
Memegang teguh mitos tanpa mempertimbangkan realitas dapat menjadi penghalang dalam membangun hubungan yang sehat dan bahagia.
Masyarakat perlu memahami bahwa setiap individu unik, dan keberhasilan pernikahan lebih ditentukan oleh kerja sama serta komitmen bersama.
Dengan demikian, baik botol ketemu tutup maupun tutup ketemu botol, yang terpenting adalah bagaimana pasangan saling mendukung dalam menjalani kehidupan berumah tangga.***