KoranBandung.co.id – Fenomena bahasa gaul terus berkembang di kalangan kreator digital, salah satunya istilah “dodol FB Pro” yang kini ramai diperbincangkan.
Istilah ini muncul dari komunitas kreator konten yang sudah memonetisasi Facebook Professional atau lebih dikenal dengan FB Pro.
Dalam percakapan sehari-hari, istilah tersebut bukan hanya mengandung makna literal, tetapi juga menyiratkan sindiran halus terkait besaran pendapatan dari platform tersebut.
Istilah “dodol FB Pro” sebenarnya merujuk pada satuan pendapatan dolar Amerika Serikat yang diperoleh dari hasil monetisasi Facebook Pro.
Bagi kreator yang sudah mendapatkan bayaran dari platform ini, semua pendapatan awalnya dicatat dalam bentuk dollar sebelum dikonversi ke rupiah saat pembayaran dilakukan.
Hal inilah yang membuat kata “dodol” menjadi permainan bahasa yang menghubungkan nilai dolar dengan makanan tradisional khas Indonesia.
Kreator digital kemudian menggunakan istilah ini untuk menyebut hasil bayaran mereka di media sosial, meski nilainya sering dianggap tidak terlalu besar.
Berbeda dengan Google Adsense yang sudah lebih populer di kalangan kreator, pendapatan dari FB Pro per 1.000 tayangan biasanya lebih kecil.
Banyak kreator yang menyindir bahwa hasil dari FB Pro hanya cukup untuk membeli satu buah dodol, sehingga istilah tersebut semakin melekat.
Fenomena ini menunjukkan adanya kreativitas dalam mengolah bahasa sekaligus menggambarkan realita penghasilan yang diterima kreator.
Meski terkesan sederhana, istilah ini menjadi simbol satir terhadap tantangan yang dihadapi para pembuat konten di era digital.