KoranBandung.co.id – Penutupan akses jalan utama di Kecamatan Batujajar berdampak besar terhadap mobilitas warga dari beberapa kampung sekitar.
Warga dari Kampung Sekeloa, Sekecengek, Seketando, hingga wilayah lainnya kini harus mencari cara alternatif untuk tetap bisa beraktivitas.
Penutupan ini dilakukan sehubungan dengan persiapan acara resmi yang digelar oleh satuan Komando Pasukan Khusus (Kopassus) di kawasan tersebut.
Sejak akses jalan utama di sekitar Batujajar ditutup sementara, warga kehilangan jalur tercepat yang biasa digunakan untuk bekerja, bersekolah, dan berbelanja kebutuhan sehari-hari.
Jalan tersebut selama ini menjadi urat nadi transportasi lokal karena menghubungkan beberapa kampung dengan pusat Kecamatan Batujajar dan wilayah lainnya di Kabupaten Bandung Barat.
Situasi ini mendorong warga untuk mencari solusi darurat demi mempertahankan kelancaran aktivitas mereka, terutama saat pagi dan sore hari.
Salah satu langkah yang diambil warga adalah dengan menggunakan rakit tradisional untuk menyeberangkan sepeda motor dari Sekecengek menuju Cangkorah.
Rakit ini difungsikan sebagai “jembatan darurat” yang memungkinkan motor dan pengendara melintasi aliran sungai kecil yang biasanya hanya dilewati saat kondisi darurat atau saat akses jalan macet parah.
Pemandangan warga mengangkat motor ke atas rakit dan menyusuri sungai menjadi pemandangan yang tidak biasa namun kini berlangsung setiap hari selama penutupan berlangsung.
Meskipun berisiko dan kurang ideal dari sisi keselamatan, warga tidak punya banyak pilihan.
Rute alternatif menuju Gelanggang Cigorowong yang menjadi satu-satunya jalan lain tergolong jauh dan memiliki kondisi jalan yang sangat memprihatinkan.
Jalan tersebut penuh lubang besar, licin saat hujan, dan minim penerangan, sehingga tidak bisa dijadikan andalan khususnya bagi pengendara sepeda motor.
Kondisi ini tidak hanya menimbulkan kerepotan tetapi juga menimbulkan kekhawatiran terkait keselamatan warga, terutama anak-anak sekolah dan pekerja yang harus melewati medan sulit setiap hari.
Beberapa warga tampak menggunakan jasa rakit secara bergiliran, saling membantu satu sama lain untuk memastikan motor tetap seimbang dan tidak jatuh ke air.***