KoranBandung.co.id – Rumah milik anggota Komisi IX DPR RI, Nafa Urbach, di kawasan elit Bintaro, Pondok Aren, Tangerang Selatan, dijarah massa pada Minggu (31/8/2025) dini hari.
Peristiwa ini terjadi sekitar pukul 04.30 WIB ketika sekitar 20 orang mendobrak masuk ke rumah tiga lantai tersebut.
Sejumlah barang berharga dilaporkan raib dibawa massa, sementara petugas keamanan yang berjaga tidak mampu menghadapi jumlah pelaku yang jauh lebih banyak.
Seorang warga bernama Syarif yang tiba di lokasi sekitar pukul 04.45 WIB menuturkan bahwa massa terlihat kabur menggunakan sepeda motor sambil membawa barang-barang hasil jarahan.
Ia menyaksikan kondisi rumah yang sudah porak-poranda dengan tiga kamar dalam keadaan acak-acakan karena dibongkar paksa.
Penjarahan berlangsung singkat hingga sekitar pukul 05.00 WIB sebelum aparat kepolisian datang dan mengendalikan situasi.
Polisi langsung melakukan penyisiran di sekitar lokasi untuk memastikan tidak ada pelaku yang tertinggal dan mengamankan jejak barang bukti.
Dalam peristiwa ini, barang-barang berharga seperti perhiasan, alat elektronik, dan dokumen pribadi diduga ikut hilang.
Kepolisian masih melakukan inventarisasi terhadap kerugian yang dialami.
Aksi penjarahan ini menambah daftar panjang kasus serupa yang menimpa sejumlah pejabat dalam 24 jam terakhir.
Sebelumnya, rumah Wakil Ketua Komisi III DPR Ahmad Sahroni juga menjadi sasaran massa dengan pola kejadian yang hampir sama.
Selain itu, rumah publik figur sekaligus DPR yakni Uya Kuya, anggota DPR Eko Patrio, hingga rumah Menteri Keuangan Sri Mulyani turut mengalami insiden penjarahan.
Kini, giliran rumah Nafa Urbach yang menjadi target dalam rangkaian peristiwa ini.
Kemarahan publik terhadap beberapa tokoh politik dan pejabat negara disebut sebagai pemicu gelombang penjarahan tersebut.
Sejumlah pernyataan dan kebijakan mereka dalam beberapa waktu terakhir dianggap kontroversial dan memicu kekecewaan masyarakat.
Gelombang aksi massa yang menyasar rumah pejabat menunjukkan eskalasi situasi sosial yang semakin tidak terkendali.
Pengamat politik menilai bahwa aksi penjarahan ini bisa menjadi indikasi krisis kepercayaan masyarakat terhadap elite politik.
Rasa ketidakpuasan yang terakumulasi kemudian meledak dalam bentuk tindakan anarkis.
Namun, para analis juga mengingatkan bahwa tindakan penjarahan bukanlah solusi dan justru memperburuk situasi keamanan.***