KoranBandung.co.id – Kota Bandung mencatat lonjakan signifikan kasus demam berdarah dengue (DBD) sepanjang Januari hingga Juni 2025.
Peningkatan jumlah kasus tersebut menempatkan Bandung sebagai kota dengan kasus DBD tertinggi di Provinsi Jawa Barat.
Sebanyak 1.653 kasus telah dilaporkan, termasuk 85 korban jiwa akibat komplikasi serius yang ditimbulkan virus dengue.
Data tersebut menjadi sorotan setelah disampaikan oleh Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung, Anhar Hadian, yang turut memperingatkan pentingnya peningkatan kesadaran masyarakat.
Meningkatnya kasus DBD di Kota Bandung tidak hanya menandai persoalan kesehatan masyarakat yang darurat, tetapi juga mencerminkan tantangan pengendalian vektor di kawasan urban yang padat penduduk.
Kondisi cuaca yang fluktuatif serta lingkungan yang rawan genangan air menjadi lahan subur bagi perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti, pembawa virus dengue.
Melihat tren kasus yang terus meningkat sejak awal tahun, Pemerintah Kota Bandung kini mengambil langkah taktis dan strategis untuk menekan angka penyebaran penyakit tersebut.
Langkah pertama yang dilakukan adalah menerapkan kampanye masif 3M Plus, sebuah metode pencegahan berbasis komunitas yang disesuaikan dengan kondisi geografis dan sosial warga Bandung.
Program 3M Plus yang diterapkan di Kota Bandung mengusung konsep yang diperbarui, yakni Mosquito-free, Monitoring, Mengganti, dan Mengurangi.
Gerakan ini tidak hanya fokus pada membersihkan atau menutup tempat penampungan air, tetapi juga mendorong masyarakat untuk aktif memantau lingkungan secara berkala serta mengganti wadah air secara rutin.
Penekanan juga diberikan pada pengurangan potensi tempat berkembang biaknya nyamuk melalui pendekatan ekologis dan edukatif.
Salah satu kawasan yang menjadi lokasi awal penerapan program ini adalah Kiara Artha Park, yang dipilih karena representatif sebagai kawasan publik dan pemukiman urban.
Di area ini, pemerintah menggandeng berbagai pihak untuk melakukan uji lapangan penggunaan nyamuk Wolbachia, yakni nyamuk yang telah dibudidayakan dengan bakteri khusus yang mampu menghambat virus dengue berkembang dalam tubuhnya.
Nyamuk ber-Wolbachia yang disebar di lingkungan pemukiman terbukti secara ilmiah dapat mengurangi transmisi virus DBD secara signifikan dalam jangka panjang.
Program ini merupakan hasil kolaborasi antara Pemerintah Kota Bandung dengan Enesis Group yang dikenal sebagai produsen produk pengusir nyamuk.
Selain pendekatan biologis dan teknis, upaya pengendalian DBD juga diperluas melalui pemberdayaan masyarakat.
Sebanyak 30 kecamatan di Kota Bandung kini menjadi sasaran pelatihan juru pemantau jentik (jumantik) yang ditugaskan untuk mendeteksi dini keberadaan sarang larva di lingkungan sekitar.
Dengan pelatihan ini, Pemkot Bandung berharap setiap rumah tangga memiliki perwakilan yang mampu melakukan inspeksi mandiri dan melaporkan jika ditemukan potensi penyebaran DBD.
Dinas Kesehatan Kota Bandung juga mendorong warga untuk aktif melindungi diri dan keluarga dari gigitan nyamuk, seperti menggunakan obat nyamuk, memasang kelambu, hingga mengenali gejala awal DBD seperti demam mendadak, nyeri otot, dan munculnya ruam merah di kulit.
Pencegahan dinilai lebih efektif jika dilakukan secara simultan oleh seluruh lapisan masyarakat, terutama saat musim hujan tiba.
Menurut catatan Dinkes, sebagian besar kasus yang berujung kematian disebabkan keterlambatan dalam mengenali gejala serta lambatnya penanganan medis.
Hal ini menjadi perhatian serius, mengingat banyak korban berasal dari kelompok rentan seperti anak-anak dan lansia.
Masyarakat juga diminta untuk tidak mengabaikan gejala ringan dan segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan jika mengalami tanda-tanda yang mengarah pada infeksi dengue.***